Jumat, 06 April 2012

10. ALASAN CEWE ( ISTRI ) SELINGKUH
http://www.dalimunthe.com/2010/01/10-alasan-kenapa-cewek-selingkuh.html

Kenapa sih cewe bisa selingkuh? bukannya selingkuh itu mainan cowo? Memang menurut satu study, hanya 14% istri yang selingkuh, jika dibanding para suami yang mencapai 22%. Tapi sebenarnya penyebabnya apa sih? kita coba liat atu2 deh..


10. Kurang sex
Awal2nya sih, belum ada tanggung jawab, belum ada anak2, main2 aja menyenangkan, dan sex juga menyenangkan, tapi dengan keberadaan hal-hal ini, terkadang tidur akhirnya terasa lebih penting. Ingat! Perempuan ingin merasa dipuja. Jadi jika anda tidak membuat istri anda merasa diinginkan, ia tentunya berusaha mencari dimana ia diinginkan! Jadi, coba tetap pertahankan kencan berdua, kirim email atau SMS yang membuat dia selalu merasa bahwa anda kangen, intinya, jangan tinggalkan ciuman, pelukan dan sex dari kehidupan anda!

9. Pengen nakal aja
Kadang kita juga pengen nakal kan? nah, begitu juga wanita. Mereka juga terkadang memiliki dorongan yang sama seperti cowo. Terkadang hal ini timbul karena adanya perubahan besar, misalnya penurunan berat badan besar2an, pekerjaan baru, krisis tengah baya, dll. Atasi hal ini dengan tetap membuka semua jalur komunikasi, dan tetap jaga agar dia lebih mau curhat ke anda daripada ke orang lain.

8. Harga diri.
Seks memang adalah pendukung yang kuat dan cepat, yang akan mendorong harga diri wanita, dia merasa lebih seksi, lebih cantik dan lebih
disayang. Jika istri anda punya masalah seperti ini, belum tentu dia akan selingkuh, tapi, anda bisa membantu dengan cara memberi perhatian, dan beri pujian, tanya berbagai hal, senggak2nya jadikan dia ratu di hati anda!

7. Balas dendam
Emang anda nggak selingkuh, tapi mungkin dana pensiun anda berdua anda buang sia2 di meja judi, atau anda boong gila2an. Anda pasti merusak kepercayaan istri anda (dan juga hati anda). Istri anda akan merasa terluka dan dikianati, dan istri anda ingin sekali membalas dan melukai anda seperti anda melukainya. Untuk mencegah hal ini, jangan cuman berkata 'maaf', tunjukkan! Ingat! Aksi nyata berbicara lebih banyak!

6. Kurang intim.
Anda punya semua, rumah besar, mobil penuh garasi, tabungan ndak abis-abis. Tapi, itu semua hanya yang tampak luar, didalamnya hubungan anda dengan istri anda kurang satu hal yang paling penting: kedekatan! Bukan sex yang selalu membuat anda berdua terasa terhubung, sentuhan, ciuman, pelukan, dan komunikasi. Wanita sangat membutuhkan ini, dan jika anda tidak memberikannya, dia bisa cari di tempet lain lho! Cara meningkatkan keintiman atau kedekatan anda berdua? Lebih sering berdua, pijat kakinya, makan malam romantis, beri apa yang wanita inginkan untuk merasakan kesatuan dan kedekatan.

5. Merasa tidak dianggap, dicuekin atau tidak dihargai.
Ingat, istri anda memegang banyak sekali tugas di rumah, rapi2, masak, belanja, jaga anak, banyak deh. Ketika istri anda mulai merasa bahwa ia lebih mirip pembantu, daripada jadi istri, maka wajar aja kalo dia bisa2 lari. Apalagi karena hobi anda misalnya golf deh, dan jauh lebih sering di lapangan daripada dirumah, apa salah jika istri anda mencari perhatian di tempat lain? Bukan berarti anda terus ninggalin kerjaan, coba bantu istri anda dengan ikut berbagi tugas rumah tangga.

4. Penarikan diri secara emosi
Wanita adalah mahluk emosi. Mereka bukan hanya membutuhkan dukungan fisik, tapi juga emosi. Sekali anda mundur dari hubungan yang ada, mereka akan melihat tanda bahwa hubungan ini sudah berakhir. Jadi secara teknis, dia tidak selingkuh, tapi dia mengambil langkah maju dalam kehidupan dia. Jadi, hindari masalah ini, selalu berusaha ada dalam hubungan yang ada. Benar, berarti anda juga harus berbagi kepadanya, gengsi sih, tapi lebih baik kan daripada dia mencari orang lain?

3. Bosan di kamar.
Masih inget? masa tiap hari makan sate? kita kan pengen rendang juga kadang-kadang, hal itu juga dialami cewe lho! Jadi coba imbangi sense petualangan dia, dan tetap bantu agar adrenalinnya tetap mengalir. Hindari rutinitas, kurangi pengulangan. Bikin acara weekend seru, ciuman seru sambil nonton, cium dia, cuman karena anda pengen, ajak makan siang ditengah2 rutinitas kantor, apa aja yang berbeda dan menyenangkan.

2. Strategi aman
Dadipada putus, mendingan selingkuh. Dengan cara ini dia tidak harus berurusan dan mengalami putusnya hubungan, yang tentunya bakal sangat sulit dihadapi oleh seorang wanita. Jadi, selingkuh adalah cara paling aman, setidaknya menurut dia sih. Maka itu, komunikasi adalah kuncinya. Buat dia tahu dan sadar bahwa anda adalah tempat yang tepat buat dia untuk mencurahkan semuanya, buktikan bahwa anda mau meluruskan semua masalah dalam hubungan anda

1. Balas dendam anda selingkuh
Panasnya neraka aja kalah ama sakit hati wanita jika disakiti. Maka jika anda selingkuh, rasakan sakitnya diselingkuhi! Selingkuhnya adalah balas dendamnya, dan kesempatan buat dia membalas di bidang yang sama. Anda tidak akan pernah dapat memperbaiki kesalahan ini, tapi anda bisa meminta maaf, dan pastikan bahwa anda tidak akan mengalami lagi.

Dari semua alasan diatas, sebenarnya terlihat bahwa hati (atau) ego seorang wanita yang membutuhkan penyembuhan, bukan libidonya. Secara umum, tetap buka semua jalur komunikasi, sealu dukung dan dorong dia, berikan apa yang akan selalu menyalakan api sayang anda berdua. Secara singkat:

Jangan biarkan anda memberi alasan untuk dia berselingkuh!

Efek Begadang

Efek Begadang

Begadang menyebabkan terganggunya metabolisme dalam tubuh. Menurut riset University of Chicago, Amerika Serikat, keseimbangan metabolisme terganggu bila begadang minimal 3 hari. Dampaknya sekresi hormon insulin pun tidak sempurna, berkurang 25%, sehingga gula yang mestinya diubah menjadi energi menumpuk dalam darah. Tingginya kadar gula dalam darah itulah yang disebut diabetes mellitus.

Saat tidur cukup, tubuh memulihkan diri dari rasa lelah, organ-organ rileks sehingga menetralkan kerusakan yang terjadi akibat kegiatan sehari-hari. Itu sesuai penelitian Eve Van Cauter seperti dilansir Proceedings of the National Academy of Sciences. Menurut Eve, tidur lelap penting bagi kesehatan. Hubungannya adalah perubahan nafsu makan, ketidaknormalan metabolime, obesitas, dan risiko diabetes.

Terganggu

Dalam pengujiannya ia melibatkan sembilan responden bertubuh sehat berusia 20-31 tahun. Mereka menginap lima malam di laboratorium dengan jam tidur teratur pukul 23.00-07.30. Dua malam pertama, mereka dibiarkan tidur nyenyak. Pada hari ketiga, pengeras suara di kamar memperdengarkan suara-suara rendah saat pola otak responden memasuki fase tidur nyenyak. Walau pelan, suara rendah itu mengurangi kualitas tidur lelap mereka menjadi 90%. Suara itu rupanya membawa mereka kembali dari fase tidur nyenyak ke fase tidur ringan.

Responden berusia di atas 60 tahun, secara umum hanya mengalami fase tidur nyenyak selama 20 menit, orang dewasa 80-100 menit. Hasilnya, sensitivitas insulin para responden menurun menjadi 25%. Itu berarti, jika kurang tidur butuh lebih banyak hormon insulin untuk mengatur kadar glukosa. Jika jenis makanan tetap sama tetapi tidurnya lebih sedikit, maka kadar glukosa darah naik 23%.

Prof Dr dr Askandar Tjokroprawiro SpPD dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, menegaskan insulin, hormon yang diproduksi sel beta pankreas berfungsi mengatur metabolisme glukosa menjadi energi. Jika jumlahnya berlebih dalam darah, muncullah diabetes. Itu menyebabkan berbagai komplikasi, seperti stroke, katarak, jantung koroner, dan gangren. Penderita diabetes juga rentan infeksi.

Infeksi

Banyak penyebab kaki penderita diabetes mudah infeksi. Askandar mencontohkan, terkena knalpot, lecet akibat sepatu sesak, luka kecil saat memotong kuku, kompres kaki yang terlalu panas. Infeksi kaki mudah timbul pada penderita diabetes kronis yang dikenal sebagai penyulit gangren atau ulkus. Jika dibiarkan, infeksi mengakibatkan pembusukan pada bagian luka karena tidak mendapat aliran darah. Pasalnya, pembuluh darah penderita diabetes banyak tersumbat atau menyempit. Jika luka membusuk, bagian terinfeksi harus diamputasi.

Hal itulah yang dialami M Fuad Hartoro Aji di Jakarta. Kadar gula darahnya 700 mg/dl, kadar normal 200 mg/dl. Setelah menghentikan konsumsi makanan manis, nilai itu perlahan turun ke angka 200 mg/dl. Walau Fuad merasa tenang dengan angka itu, bukan berarti ancaman hilang.

Pada Oktober 2006 ketika sedang menikmati acara televisi, nyamuk mengisap darah di tubuhnya. Akibatnya, kulit pria kelahiran Jakarta itu berbintik kecil berwarna merah. Lantaran gatal, Fuad kerap menggaruknya. Hasilnya, bintik itu membesar dan membengkak dengan diameter 4 cm. Bukan itu saja, bentol itu berkembang menjadi 22 titik disertai kaki menghitam.

Dokter yang merawat Fuad memutuskan untuk mencongkel satu per satu bentol itu. Setelah dua hari rawat inap bengkak memang sirna, tapi yang tersisa luka sedalam 0,5 cm yang tak kunjung menutup. Luka itu juga membuat Fuad tidak bisa berjalan lantaran kakinya membesar dan sakit jika dipijakkan.

Selama satu tahun luka itu dibiarkan oleh Fuad. Pada Januari 2008 temannya, Edi, menyodorkan ekstrak teripang oles dan jeli yang diminum. ‘Saya borehkan ekstrak teripang ke satu per satu luka hingga memenuhi lubangnya,’ kata Fuad. Sedangkan jeli gamat dikonsumsinya 3 kali 2 sendok sehari. Tiga hari rutin mengoleskan jeli teripang Fuad tercengang. Seluruh bekas luka menutup.

‘Itu berkat kandungan asam amino tinggi,’ kata Walter K M Yee, ahli gizi dari Luxor Malaysia. Ada 11 asam amino dalam teripang, di antaranya asam eicosapentaenat (EPA) dan asam docosahexaenat (DHA) yang tinggi, masing-masing 25,69% dan 3,69%. Nilai EPA besar menandakan kecepatan teripang memperbaiki jaringan rusak.

Wang H dan Zhang G dari Shanghai Institute of Hematology, Shanghai Second Medical University, China mengungkap teripang kaya senyawa glikosaminoglikan yang bersifat antipenggumpalan dan pembekuan darah. Itu sebabnya luka Fuad lekas menutup.

http://dedyfirmansyah.wordpress.com/2009/05/24/efek-begadang/

About Chemistry

About Chemistry

A friend of mine, sebut aja si Chacha, baru kenalan sama Dora (tanpa ‘emon’). Dalam waktu 5 menit, mereka berdua udah heboh disco ngobrolin macem-macem, mulai dari yang gak penting sampe yang gak mutu.

Di belahan bumi lain, ada lagi tokoh fiksi rekaan saya, sebut aja Umbrella. Si Ella ini cantik, molek, bohai, dan lagi baik hatinya. Suatu hari, temen-temennya mau ‘jodohin’ Ella sama seorang cowok gagah bak pangeran dalam dongeng bernama Frederico. Cowoknya bener-bener tipe idaman setiap mertua. Dia ganteng, tajir, sopan, suka minum vitamin, sayang binatang…tapi anehnya si Ella sama sekali gak ada feeling sama doi!

Kedua cerita di atas membawa kita pada satu hal yang berperan besar dalam pengalaman Chacha dan Ella: chemistry.

Chemistry, atau disingkat ‘chem’, biasa disebut-sebut sebagai ‘syarat utama’ seseorang dalam menemukan cinta sejati. Is it true? Probably. Menurut cerita orang-orang, katanya nih yaaa, jatuh cinta itu susah kalo tanpa chemistry. Waktu kita bersama seseorang, ada ‘sesuatu’ yang bikin kita merasa, “Gue nyambung banget sama orang ini.” Kalau chem itu ada, maka selanjutnya hubungan kita akan nyaman dengan orang tersebut. Sebaiknya, kalo kita gak merasa “klik”, maka hubungan kita akan biasa-biasa aja.

Masalahnya, chem ini gak selalu muncul. Dia cuma ada di saat kita berhubungan dengan orang-orang tertentu aja. Ditambah lagi, chem baru dibilang sah kalau rasa nyambung itu sama-sama dirasakan kedua belah pihak. Kalau cuma satu pihak aja, itu namanya ngarep, hehehe. Pokoknya, chemistry adalah sesuatu yang abstrak dan cuma bisa dirasain pake hati. Somehow, kita akan sadar ‘ada chemistry’ waktu kita ketemu orang baru yang langsung bikin kita merasa nyaman berada di dekatnya.

Chemistry yang kita rasakan terhadap seseorang, belum tentu dirasakan sama teman kita yang lain. Misalnya, waktu Chacha langsung akrab sama Dora, belum tentu teman Chacha yang lain bisa merasakan hal yang sama. Kata seorang teman, “Ada chemistry antara gue dan temen-temen gue, yang bikin kita bisa ngobrol terus berjam-jam sampe bibir item.”

Kadang-kadang terjadi salah kaprah tentang chemistry. Nggak jarang ada orang yang merasa punya chem kuat terhadap seseorang, dan menjadi sangat ‘nagih’ bersama dengan orang tersebut.

Pokoknya, cuma chem aja yang diandalkan dalam hubungannya, tanpa melihat aspek lain yang gak kalah penting. Biasanya seseorang yang menjalani hubungan hanya dengan mengandalkan ‘getar-getar cinta’ ini akan bosan setelah jalan 6 bulan hingga 3 tahun. Nah, kalo begitu apa yang kurang dari chemistry?

Ada sebuah elemen dalam chemistry yang tersembunyi, yaitu daya tarik batin. Ceileeh padahal gue gak tau tuh maksudnya. Kata salah satu artikel terpercaya, daya tarik batin ini merupakan tahap di mana kedua orang bertemu dan ‘connect’ lebih dalam.

Hal ini cuma bisa dirasakan oleh hati dan jiwa. It’s about friendship, respect, humor, dan perasaan hangat serta kepuasan yang datang saat keduanya sedang bersama-sama. Karena itulah chemistry gak cuma berlaku buat romantic relationship aja, tapi lebih ke general, hubungan lain yang lebih umum; dengan teman, keluarga, atau hubungan profesional sekalipun.

Pada dasarnya, kita punya chemistry terhadap orang-orang di sekitar kita saat ini, misalnya dengan teman-teman sepergaulan. Namun, gak usah heran kalau suatu saat kamu ketemu orang baru dan langsung merasa ‘klik’ sama dia. Ini cuma soal chemistry kalian yang lebih kuat dari orang lain.

Patut diingat, gak semua orang yang punya chemistry kuat lantas menjadi ‘true soulmate’ lho. Karena pertemuan kita dengan orang-orang yang ber-chemistry ini akan selalu terjadi dan terulang terus. Padahal, hanya ada satu yang menjadi pasangan kita nantinya. Jadi, jangan terlalu heboh dan ngarep dulu ya kalau merasa ada chemistry dengan lawan jenis yang baru dikenal! (berbagai sumber)

CP by. http://www.indomedia.com.au/innerpage.php?page=lifestyle&ArticleID=160

Sabtu, 30 April 2011

20 HUBUNGAN APAKAH YANG TERDAPAT ANTARA PENCIPTAAN DAN ILMU PENGETAHUAN?

Seperti telah ditunjukkan dalam semua pertanyaan yang telah kami paparkan sejauh ini, teori evolusi benar-benar bertentangan dengan berbagai penemuan ilmiah. Teori ini, yang lahir pada saat tingkat ilmu pengetahuan masih terbelakang di abad ke-19, telah digugurkan oleh berbagai penemuan ilmiah secara berturut-turut.

Kaum evolusionis, yang secara membabi-buta mendukung teori tersebut, mencari jalan keluar dengan ungkapan dusta, karena tidak ada lagi dasar ilmiah yang tersisa. Yang paling sering dilakukan adalah penggunaan ucapan yang seringkali dilontarkan “penciptaan adalah keyakinan atau iman, jadi bukan bagian dari ilmu pengetahuan”. Selanjutnya, pernyataan ini menegaskan bahwa evolusi adalah teori ilmiah, sedangkan penciptaan hanyalah sebuah keyakinan. Namun, pengulangan ucapan “evolusi adalah ilmiah, sedangkan penciptaan adalah keyakinan” sebenarnya berasal dari sudut pandang yang salah. Mereka yang terus mengulanginya adalah orang-orang yang mengacaukan ilmu pengetahuan dengan filsafat materialis. Mereka yakin bahwa ilmu pengetahuan harus tetap berada dalam batas-batas materialisme, dan mereka yang tidak materialis tidak berhak membuat pernyataan apa pun. Namun, ilmu pengetahuan itu sendiri menolak materialisme.

Mengkaji materi tidak sama dengan

menjadi seorang materialis

Marilah, secara singkat, kita tentukan arti materialisme agar masalah ini dapat kita pelajari dengan lebih rinci. Materialisme adalah filsafat yang sudah ada sejak zaman Yunani Kuno. Dasar filsafat ini adalah gagasan yang menyatakan bahwa yang ada hanyalah materi. Berdasarkan filsafat materialis, materi sudah ada sejak awal, dan akan selalu ada untuk selamanya. Tidak ada sesuatu apa pun selain materi. Namun, pernyataan ini tidaklah ilmiah, karena tidak bisa diuji dalam percobaan dan pengamatan. Ini hanyalah suatu keyakinan, suatu dogma.

Akan tetapi, dogma ini berbaur dengan ilmu pengetahuan di abad ke-19, bahkan menjadi landasan berpijak bagi ilmu pengetahuan. Walaupun begitu, ilmu pengetahuan tidak harus menerima materialisme. Ilmu pengetahuan mengkaji alam dan jagat raya, dan hasil kajian tersebut tidaklah dibatasi oleh penggolongan filsafat apa pun.

Menghadapi hal ini, beberapa orang materialis sering membela diri dengan sekedar permainan kata. Mereka berkata, “Materi adalah satu-satunya bahan kajian ilmu pengetahuan, karena itu, ilmu pengetahuan haruslah bersifat materialis.” Ya, ilmu pengetahuan hanya mengkaji materi, tetapi “mengkaji materi” adalah hal yang sangat berbeda dengan “menjadi seorang materialis”. Sebabnya adalah, saat kita mengkaji materi, kita sadar bahwa materi mengandung pengetahuan dan rancangan yang begitu dahsyat, sehingga mustahil dihasilkan oleh materi itu sendiri. Kita paham bahwa pengetahuan dan rancangan tersebut adalah hasil karya sebuah kecerdasan, walaupun kita tidak bisa melihatnya secara langsung.

Sebagai contoh, bayangkanlah sebuah gua. Kita tidak tahu apakah gua itu pernah dimasuki orang atau belum. Jika, saat kita memasuki gua itu, yang ditemukan hanyalah tanah, debu dan batu, dapat kita simpulkan bahwa di sana tak ada apa-apa selain materi yang tersebar secara acak. Namun, apabila di dinding gua terdapat lukisan-lukisan yang bagus dengan warna-warni mengagumkan, dapat kita duga bahwa ada makhluk cerdas yang pernah masuk di gua itu sebelum kita. Mungkin kita tidak dapat langsung melihat makhluk itu, tetapi keberadaannya dapat kita simpulkan dari apa yang dihasilkannya.

Ilmu pengetahuan menentang materialisme

Ilmu pengetahuan mengkaji alam ini dengan cara yang sama seperti dijelaskan dalam contoh di atas. Jika semua rancangan di alam ini dapat dijelaskan dengan penyebab-penyebab yang bersifat materi semata, maka ilmu pengetahuan memperkuat materialisme. Namun, ilmu pengetahuan modern telah mengungkapkan bahwa di alam ini terdapat suatu rancangan yang tak bisa dijelaskan dengan penyebab bersifat materi, dan bahwa segenap materi mengandung suatu rancangan yang diciptakan oleh Sang Pencipta.

Contohnya, semua percobaan dan pengamatan membuktikan bahwa materi itu sendiri tidak dapat menghasilkan kehidupan. Karena itu, makhluk hidup pastilah hasil dari sebuah penciptaan metafisik. Semua percobaan evolusionis ke arah ini berakhir dengan kegagalan. Kehidupan tidak mungkin diciptakan dari materi tak-hidup. Ahli biologi evolusionis Andrew Scott membuat pengakuan berikut mengenai masalah tersebut dalam jurnal terkenal New Scientist:

Ambillah sejumlah materi, panaskan sambil diaduk, dan tunggulah. Itulah Genesis versi modern. Gaya-gaya “dasar”, yakni gravitasi, elektromagnetisme, serta gaya ikat inti atom yang kuat dan lemah dianggap sebagai gaya yang menyempurnakan proses tersebut… Tetapi, seberapa jauhkah kisah yang disusun sangat baik ini telah benar-benar terbukti, dan seberapa besarkah yang masih berupa dugaan yang penuh harap? Sebenarnya, mekanisme dari hampir seluruh tahapan utama, dari zat-zat kimiawi pembentuk, hingga sel-sel yang paling awal diketahui, masih menjadi bahan persengketaan, atau, kalau tidak, pastilah merupakan kebingungan yang menyeluruh. 75

Akar kehidupan didasarkan pada dugaan dan perdebatan karena dogma materialis bersikeras menyatakan bahwa kehidupan merupakan hasil dari materi. Akan tetapi, fakta-fakta ilmiah menunjukkan bahwa materi tidak memiliki kekuatan seperti itu. Profesor Fred Hoyle, ahli matematika dan astronomi yang dianugerahi gelar kebangsawanan untuk sumbangsihnya bagi ilmu pengetahuan, memberi ulasan berikut tentang hal ini:

Jika terdapat sifat mendasar materi yang melalui suatu cara dapat mendorong sistem organik mengarah pada terbentuknya kehidupan, maka keberadaannya haruslah dapat diperlihatkan di laboratorium. Misalnya, seseorang bisa saja menggunakan bak kolam renang sebagai ganti “ramuan sop purba”. Isilah bak itu dengan zat-zat kimia non-biologis mana pun yang Anda sukai. Pompakan gas ke atasnya, atau ke dalamnya, sesuka Anda, dan sinarilah dengan radiasi jenis apa pun yang Anda kehendaki. Biarkan percobaan ini berlangsung selama setahun, dan lihatlah ada berapa dari 2000 tersebut (protein yang dibuat dan dihasilkan sel hidup) yang muncul dalam bak ramuan itu. Saya akan memberi jawabannya, dan ini akan menghemat waktu, tenaga dan biaya melakukan percobaan secara sungguhan. Anda tak akan mendapatkan apa pun, selain (mungkin) endapan berlendir terapung yang terdiri atas asam-asam amino serta zat-zat kimia organik sederhana lainnya.76

Sebenarnya, materialisme sedang menghadapi kesulitan yang lebih buruk. Materi tak bisa membentuk kehidupan, walaupun diberi waktu serta digabungkan dengan pengetahuan manusia – apalagi tanpa faktor-faktor tersebut.

Kebenaran, yang baru saja kita tinjau sekilas adalah kebenaran bahwa materi itu sendiri tidak dapat merancang dan tidak berpengetahuan. Namun, jagat raya dan makhluk hidup di dalamnya mengandung rancangan dan pengetahuan yang luar biasa kompleks. Ini menunjukkan bahwa rancangan dan pengetahuan dalam jagat raya serta makhluk hidup adalah karya Pencipta yang memiliki kekuasaan serta pengetahuan yang tak terhingga – Pencipta yang telah ada sebelum materi itu sendiri ada, serta menguasai dan mengendalikannya.

Jika kita teliti dengan cermat, inilah kesimpulan yang ilmiah sepenuhnya. Ini bukanlah “keyakinan”, melainkan kebenaran yang diperoleh sebagai hasil pengamatan akan jagat raya dan makhluk hidup yang menghuninya. Karena itulah, pendapat evolusionis “Evolusi adalah ilmiah, sedangkan penciptaan adalah keyakinan di luar wilayah ilmu pengetahuan” merupakan tipuan yang dangkal. Memang, pada abad ke-19, materialisme dikacaukan dengan ilmu pengetahuan, dan ilmu pengetahuan terbawa ke luar jalur oleh dogma materialis. Namun, perkembangan selanjutnya, di abad ke-20 dan ke-21, telah sepenuhnya menggugurkan keyakinan kuno itu. Dan, kebenaran penciptaan, yang tadinya terhalang materialisme, kini pun tampak. Seperti jelas dinyatakan majalah terkenal Newsweek, dalam edisi 27 Juli 1998-nya yang bersejarah, dengan berita utama yang berjudul Science Finds God (Ilmu Pengetahuan Menemukan Tuhan) – di balik penipuan materialis, ilmu pengetahuan menemukan Tuhan, Pencipta alam semesta dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya.

19 MENGAPA KEKEBALAN BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK BUKANLAH CONTOH PERISTIWA EVOLUSI?

Satu konsep biologi yang dicoba-sajikan sebagai bukti teori evolusi oleh para evolusionis adalah kekebalan atau daya tahan bakteri terhadap antibiotik. Banyak sumber evolusionis menyebutkan bahwa kekebalan terhadap antibiotik adalah sebuah contoh perkembangan makhluk hidup melalui mutasi yang menguntungkan. Hal serupa juga dikatakan tentang serangga yang menjadi kebal terhadap insektisida seperti DDT.

Akan tetapi, kaum evolusionis pun salah dalam hal ini.

Antibiotik adalah “molekul pembunuh” yang dihasilkan mikroorganisme untuk melawan mikroorganisme lain. Antibiotik pertama adalah penisilin, yang ditemukan oleh Alexander Flemming pada 1928. Flemming menyadari bahwa jamur (seringkali ditemukan seperti bubuk atau benang-benang di permukaan bahan organik sudah lama – penerj.) menghasilkan molekul yang mematikan bakteri Staphylococcus, dan penemuan ini merupakan titik balik dalam dunia obat-obatan. Antibiotik yang diambil dari berbagai organisme digunakan untuk melawan bakteri, dan berhasil.

Tidak lama kemudian, hal baru ditemukan. Seiring dengan waktu, bakteri mengembangkan kekebalan terhadap antibiotik. Mekanisme kerjanya adalah sebagai berikut: sebagian besar bakteri yang diberi antibiotik akan mati, tetapi sebagian lain yang tidak terpengaruh oleh antibiotik tersebut, akan dengan cepat berkembang biak dan membentuk populasi yang sama dengan yang sebelumnya. Sehingga, seluruh populasi menjadi kebal terhadap antibiotik.

Para evolusionis menampilkan hal ini sebagai “evolusi bakteri dengan cara beradaptasi terhadap lingkungan”.

Akan tetapi, kenyataan sebenarnya jauh berbeda dengan penafsiran dangkal ini. Salah seorang ilmuwan yang telah melakukan penelitian mendalam di bidang ini adalah ahli biofisika Israel bernama Lee Spetner, yang juga dikenal dengan bukunya Not by Chance yang terbit tahun 1997. Spetner menyatakan, kekebalan bakteri terjadi karena dua mekanisme; namun tak satu pun dari keduanya merupakan bukti teori evolusi. Kedua mekanisme ini adalah:

1. Perpindahan (transfer) gen-gen kekebalan yang sudah ada pada bakteri.

2. Tumbuhnya kekebalan sebagai akibat hilangnya data genetis karena mutasi.

Mekanisme yang pertama dibahas Profesor Spetner dalam artikel yang terbit tahun 2001:

Sejumlah mikroorganisme dilengkapi dengan gen-gen yang memberikan kekebalan terhadap antibiotik-antibiotik ini. Kekebalan ini dapat berupa kemampuan merombak molekul antibiotik tersebut, atau mengeluarkannya dari sel … [O]rganisma yang memiliki gen-gen ini dapat memindahkannya ke bakteri lain, sehingga menjadikan bakteri tersebut kebal juga. Walaupun mekanisme kekebalan tersebut bersifat khusus terhadap satu antibiotik tertentu, kebanyakan bakteri patogen telah … berhasil mengumpulkan beberapa perangkat gen yang memberikan bakteri-bakteri tersebut kekebalan terhadap beberapa jenis antibiotik.69

Spetner lalu melanjutkan dan berkata bahwa hal ini bukanlah “bukti yang mendukung evolusi”:

Perolehan kekebalan terhadap antibiotik dengan cara ini… bukanlah sesuatu yang dapat menjadi contoh dari mutasi yang diperlukan untuk menjelaskan peristiwa Evolusi… Perubahan genetik yang dapat mendukung teori ini semestinya tidak hanya menambahkan informasi pada genom bakteri. Perubahan genetik ini harus pula menambahkan informasi baru pada biokosmos. Perpindahan gen secara horisontal hanya menyebabkan penyebaran gen-gen yang sudah ada pada sejumlah spesies.70

Jadi, kita tak dapat berbicara tentang evolusi apa pun di sini, karena tidak ada informasi genetis baru dihasilkan: yang terjadi hanyalah informasi genetis yang sudah ada sekedar dipindahkan di antara bakteri.

Jenis kekebalan yang kedua, yang tercipta sebagai hasil mutasi, juga bukan contoh evolusi. Spetner menulis:

… [S]uatu mikroorganisme kadang dapat memperoleh kekebalan terhadap suatu antibiotik melalui penggantian acak sebuah nukleotida… Streptomisin, yang ditemukan Selman Waksman dan Albert Schatz, dan pertama kali dilaporkan di tahun 1944, adalah antibiotik yang dapat menjadikan bakteri dapat memperoleh kekebalan dengan cara itu. Tetapi, walaupun mutasi yang mereka alami dalam proses ini bersifat menguntungkan bagi mikroorganisme yang diberi streptomisin, mutasi tersebut tidak dapat menjadi contoh dari jenis mutasi yang diperlukan untuk mendukung Teori Neo-Darwinian (Neo Darwinian Theory atau NDT). Jenis mutasi yang memunculkan kekebalan terhadap streptomisin terjadi pada ribosom, dan menghilangkan kemampuan sel untuk mengenali dan berikatan dengan molekul antibiotik.71

Dalam bukunya Not by Chance, Spetner mengibaratkan situasi ini dengan gangguan pada hubungan antara kunci dan lubangnya. Streptomisin, ibarat kunci yang cocok dengan lubangnya, mencengkeram ribosom suatu bakteri dan menjadikannya tidak aktif. Mutasi menyebabkan hal sebaliknya, menguraikan ribosom, sehingga streptomisin tidak dapat menyerang ribosom. Walaupun ini ditafsirkan sebagai “pembentukan kekebalan bakteri terhadap streptomisin”, bakteri tidaklah diuntungkan, malah sebaliknya. Spetner menulis:

Perubahan ini, yang terjadi pada permukaan ribosom mikroorganisme, mencegah molekul streptomisin untuk menempel dan melaksanakan fungsi antibiotiknya. Ternyata, terurainya ribosom adalah berupa hilangnya struktur khusus, dan ini berarti hilangnya informasi. Intinya adalah, Evolusi… tidak dapat dicapai dengan mutasi jenis ini, tak menjadi soal betapa pun banyaknya. Evolusi tidak dapat terjadi melalui timbunan peristiwa mutasi yang hanya merombak struktur khusus.72

Singkatnya, sebuah mutasi yang terjadi pada ribosom bakteri telah menjadikan bakteri tersebut kebal terhadap streptomisin. Alasannya adalah “rusak atau hilangnya bagian” ribosom akibat mutasi. Jadi, tidak ada informasi genetis baru yang ditambahkan. Sebaliknya, struktur ribosom terurai, yang berarti, bakteri menjadi “cacat”. (Juga, telah ditemukan bahwa ribosom pada bakteri yang telah mengalami mutasi tidak berfungsi penuh seperti ribosom pada bakteri yang normal.) Karena “cacat” ini mencegah menempelnya antibiotik pada ribosom, maka terjadilah “kekebalan terhadap antibiotik”.

Akhirnya, tidak terdapat contoh mutasi yang “mengembangkan informasi genetis”. Para evolusionis, yang ingin menyajikan kekebalan terhadap antibiotik sebagai bukti evolusi, telah menangani masalah ini dengan tidak sungguh-sungguh, sehingga mereka salah.

Sama halnya dengan terjadinya kekebalan serangga terhadap DDT dan insektisida sejenis. Pada umumnya, gen-gen kekebalan yang sudah ada, digunakan. Ahli biologi evolusioner, Francisco Ayala mengakui fakta ini, dan berkata: “Varian genetis yang dibutuhkan untuk terjadinya kekebalan terhadap jenis pestisida yang paling bervariasi sekali pun, tampaknya sudah ada dalam setiap populasi yang terkena senyawa-senyawa buatan manusia ini.73 Contoh lain yang dijelaskan dengan mutasi, seperti halnya mutasi ribosom yang telah diceritakan di atas, adalah fenomena yang menyebabkan “berkurangnya informasi genetis” pada serangga.

Dalam kasus ini, mekanisme kekebalan pada bakteri dan serangga tidak bisa dinyatakan sebagai bukti kebenaran teori evolusi. Hal ini berlaku karena teori evolusi menegaskan bahwa makhluk hidup berkembang melalui mutasi. Namun, Spetner menjelaskan bahwa kekebalan antibiotik maupun fenomena biologis lainnya bukanlah isyarat adanya mutasi semacam itu:

Mutasi-mutasi yang diperlukan bagi terjadinya makro-evolusi belum pernah teramati. Tidak ada mutasi acak – yang dapat menjadi bukti mutasi yang dibutuhkan Teori Neo-Darwinis – pada tingkat molekuler, yang telah menambahkan sedikit pun informasi. Pertanyaan yang saya ajukan adalah: Apakah mutasi yang telah diamati merupakan jenis yang diperlukan untuk mendukung teori ini? Ternyata jawabnya adalah TIDAK! 74


18 MENGAPA DNA TIDAK MUNGKIN DIJELASKAN SEBAGAI SEBUAH “KEBETULAN”?

Dengan tingkat ilmu pengetahuan yang telah dicapai kini, kita menyaksikan bahwa berbagai rancangan dan sistem kompleks yang jelas terdapat dalam makhluk hidup tidak mungkin muncul secara kebetulan. Sebagai contohnya, berkat pencapaian Proyek Genom Manusia (Human Genome Project) belakangan ini, kita dapat melihat rancangan yang menakjubkan serta kandungan informasi yang sangat banyak yang terdapat di dalam gen manusia.

Dalam kerangka proyek tersebut, ilmuwan dari berbagai negara - dari Amerika serikat sampai Cina - telah 10 tahun bekerja untuk memecahkan 3 miliar kode kimia yang terdapat di dalam DNA. Sebagai hasilnya, kini hampir semua informasi dalam gen manusia telah disusun secara berurut.

Walaupun kemajuan yang telah dicapai sangatlah menggairahkan dan merupakan perkembangan yang penting, seperti Dr. Fancis Collins, pimpinan Proyek Genome Manusia katakan, bahwa ini hanyalah langkah pertama dalam memecahkan kode informasi yang terkandung di dalam DNA.

Guna memahami mengapa diperlukan waktu 10 tahun dan ratusan ilmuwan untuk menyingkapkan kode-kode pembentuk informasi ini, kita harus lebih dahulu memahami besarnya informasi yang terkandung dalam DNA.

DNA menyingkapkan adanya sumber

pengetahuan yang tak terhingga

DNA dari satu sel manusia saja sudah berisi informasi yang cukup untuk mengisi ensiklopedi yang terdiri dari sejuta halaman. Kita tidak mungkin habis membacanya dalam seumur hidup. Jika seseorang mulai membaca satu kode DNA per detik, tanpa henti, sepanjang hari, setiap hari, akan diperlukan waktu 100 tahun. Sebab, ensiklopedia tersebut berisi hampir tiga miliar kode yang berbeda-beda. Jika kita tulis semua informasi DNA pada kertas, maka panjangnya akan membentang dari Garis Katulistiwa mencapai Kutub Utara. Ini berarti sekitar 1000 jilid buku – lebih dari cukup untuk mengisi satu perpustakaan yang besar.

Lebih dari itu, semua informasi ini terkandung dalam inti setiap sel. Artinya, bila setiap individu terdiri dari sekitar 100 triliun buah sel, maka akan terdapat 100 triliun versi dari perpustakaan yang sama.

Bila dibandingkan dengan jumlah informasi yang telah dicapai pengetahuan manusia hingga saat ini, kita tidak mungkin memberikan contoh yang setara besarnya. Sebuah gambaran yang sulit untuk dipercaya: 100 triliun x 1000 buku! Ini lebih banyak dibandingkan jumlah butir pasir di dunia. Lebih jauh lagi, jika kita kalikan jumlah tersebut dengan enam miliar yang kini hidup di Bumi, ditambah miliaran yang telah hidup sebelum kita, angka yang didapatkan akan berada di luar jangkauan pemahaman kita. Jumlah informasi itu mencapai ketakterhinggaan.

Beberapa contoh ini menunjukkan betapa dahsyatnya informasi yang begitu dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Kini manusia memiliki komputer canggih yang dapat menyimpan informasi dalam jumlah amat besar. Akan tetapi, bila kita bandingkan DNA dengan komputer tersebut, kita akan takjub menyaksikan bahwa teknologi paling mutakhir – hasil timbunan seluruh usaha dan ilmu pengetahuan manusia berabad-abad – belum mencapai kapasitas penyimpanan satu buah sel pun.

Gene Myers adalah salah satu pakar paling terkemuka di Celera Genomics, yakni perusahaan pelaksana Proyek Genome Manusia. Perkataannya sehubungan dengan hasil proyek tersebut merupakan sebuah pernyataan tentang pengetahuan dan rancangan hebat yang terdapat dalam DNA: “Apa yang betul-betul menakjubkan saya adalah arsitektur kehidupan … Sistem ini teramat kompleks. Seolah ini telah dirancang … Ada kecerdasan luar biasa di sana.68

Sisi menarik lainnya adalah semua makhluk hidup di planet ini telah diciptakan menurut paparan kode yang ditulis dalam bahasa yang sama ini. Tidak ada bakteri, tumbuhan ataupun hewan yang tercipta tanpa DNA. Terlihat jelas bahwa seluruh kehidupan muncul sebagai hasil berbagai pemaparan yang menggunakan satu bahasa, dan berasal dari sumber pengetahuan yang sama.

Hal ini membawa kita kepada satu kesimpulan yang jelas. Semua kehidupan di bumi, hidup dan berkembang biak menurut informasi yang diciptakan oleh satu kecerdasan tunggal.

Hal ini menjadikan teori evolusi sama sekali tak berarti. Sebabnya adalah, dasar teori evolusi adalah “kebetulan”, sedangkan peristiwa kebetulan tidak mampu menciptakan informasi. Jika suatu hari ditemukan sebuah ramuan obat yang sanggup melawan kanker tertulis di sehelai kertas, umat manusia akan bergabung untuk mencari tahu siapa ilmuwan yang terkait, serta bahkan memberikan penghargaan kepadanya. Tak seorang pun akan berpikir, “Jangan-jangan ramuan obat itu kebetulan tertulis akibat tumpahan tinta di kertas itu.” Setiap orang yang berakal dan mampu berpikir jernih akan beranggapan bahwa ramuan itu ditulis oleh seseorang yang telah mengkaji ilmu-ilmu kimia, fisiologi manusia, kanker dan farmakologi, secara mendalam.

Pernyataan evolusionis, bahwa informasi pada DNA timbul secara kebetulan, sangatlah tidak masuk akal. Hal ini setara dengan mengatakan bahwa ramuan obat pada kertas tersebut juga tertulis secara kebetulan. DNA mengandung rumus molekul terperinci dari 100.000 jenis protein dan enzim, sekaligus perintah yang cermat namun rumit tentang pengaturan penggunaan zat-zat tersebut selama produksi. Disamping itu, juga terkandung rencana produksi berbagai hormon pembawa-pesan serta tata-cara komunikasi antar-sel tempat di mana zat-zat tersebut digunakan, serta segala jenis informasi lain yang rumit dan tertentu.

Pernyataan yang mengatakan bahwa DNA – beserta semua informasi di dalamnya – tercipta secara kebetulan, atau terjadi karena sebab-sebab alamiah, adalah cermin ketidakpahaman atas permasalahan yang ada atau keyakinan buta materialis. Gagasan yang mengatakan bahwa sebuah molekul seperti DNA – beserta kandungan informasinya yang menakjubkan dan strukturnya yang kompleks – dapat dihasilkan secara kebetulan, tidak pantas dianggap serius. Tidaklah mengherankan, para evolusionis berusaha memberi penjelasan dangkal perihal sumber kehidupan, seperti juga berbagai perihal lainnya, dengan menjabarkannya sebagai “rahasia yang belum terpecahkan”.


 
Copyright 2009 DIMENSI RUANG DAN WAKTU. Powered by Blogger
Blogger Templates created by Deluxe Templates
Wordpress by Wpthemesfree